MAKALAH PENGETAHUAN BAHAN
PANGAN
UMBI-UMBIAN “UBI JALAR”
Di Asuh oleh Dr. Dedin
F.Rosida,STP.Mkes
Disusun
Oleh :
1.
Vony Adella
Hardianta 1533010081
2.
Rr.Regita
Prasetyo Wardhani 1533010089
3.
Muhammad Yusuf
Abidin 1533010091
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
BAB II. PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN UMBI
2.2
KARAKTERISTIK MASING-MASING UBI JALAR
2.3
PERBEDAAN UBI JALAR
2.4 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
UBI JALAR
2.5 PERBEDAAN NUTRISI PADA UBI
JALAR
2.6 PANEN DAN PASCAPANEN UBI
JALAR.
2.7 MANFAAT UBI
JALAR
BAB III. PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Ubi
jalar (Ipomoea batatas L.) atau dikenal juga dengan istilah ketela rambat
merupakan tanaman yang termasuk ke dalam jenis tanaman palawija, dapat
berfungsi sebagai pengganti bahan makanan pokok (beras) karena merupakan sumber
karbohidrat. Komoditas ubi jalar memegang peranan yang cukup penting karena
mempunyai banyak manfaat dan nilai tambah. Ubi jalar merupakan salah satu
penghasil karbohidrat (sebagai sumber energi) yang potensial dan dapat
digunakan sebagai sumber pangan alternatif (selain nasi), bahan pembuatan pakan
dan bahan industri. Nilai tambah dari ubi jalar cukup banyak yang dapat
diperoleh dengan cara pengolahan ubi jalar segar menjadi tepung, selai,
keripik, mie, saos, gula, obat-obatan, cuka, manisan kering,dan kecap.Varian
dari tepung ubi jalar diantaranya : kue kering (cookies), kue bolu (cake), ice
cream, roti manis, juice dan bakpia.
Ubi
jalar aman dikonsumsi oleh hampir oleh semua usia, bahkan untuk bayi yang sudah
diatas 6 bulan. Kandungan serat yang tinggi dalam ubi jalar akan membantu
pencernaan awal sebagai transisi peralihan ke makanan padat. Ubi jalar sangat
dikenal mengandung jumlah tinggi beta karoten, yang merupakan antioksidan alami
yang membantu meningkatkan ketahanan tubuh dari radikal bebas dan penyakit. Ubi
jalar juga mengandung Vitamin C, Vitamin B dan fosfor dalam jumlah yang cukup
tinggi, sehingga juga ampuh untuk melawan infeksi. Bahkan makanan ini juga
dimasukkan sebagai salah satu makanan terbaik yang dianjurkan bagi ibu hamil.
Berdasarkan RDA, nutrisi tertinggi dari ubi jalar adalah vitamin A yang
mencapai 14.187 IU. Ini berarti hampir sama dengan vitamin A dalam wortel yaitu
yang berjumlah 16.706 IU dengan berat yang 100 gr. Ubi jalar juga mengandung
tinggi magnesium, seng dan vitamin B, sebuah kombinasi nutrisi yang telah
terbukti bermanfaat membantu penyembuhan dan mengurangi rasa sakit karena
radang sendi dan pembengkakan. Ubi jalar juga terdaftar sebagai makanan yang
baik untuk mengurangi gejala sakit secara efektif pada penderita arthritis.
Lengkapnya
kandungan gizi pada ubi jalar tersebut maka komoditi ini dapat digolongkan
sebagai pangan fungsional. Pangan fungsional merupakan pangan yang tidak hanya
memberikan zat-zat gizi essensial pada tubuh tetapi juga memberikan efek perlindungan
pada tubuh atau bahkan penyembuhan terhadap beberapa gangguan penyakit.
Dilaporkan bahwa senyawa metabolit sekunder seperti beta karoten dan antosianin
dalam ubi jalar dapat bertindak sebagai
anti oksidan yang berfungsi sebagai anti kanker, antidiabet, antimutagen, dan
anti radikal.
Tekstur utama
ubi jalar dapat dibedakan setelah umbinya dimasak, ada tiga tipe tekstur umbi,
yaitu :
a. Daging umbi
padat, kesat, dan bertekstur baik;
b. Daging umbi
lunak, lembab dan lengket; serta
c. Daging umbi
kasar, dan berserat.
Sebagian
besar produksi ubi jalar ditujukan untuk tipe tekstur pertama dengan sebagian
besar kultivar berdaging putih. Di samping untuk pangan manusia, tipe tekstur
umbi ubi jalar pertama juga banyak digunakan untuk pakan ternak dan bahan baku
produk industri. Produksi ubi jalar tipe tekstur kedua terutama untuk pangan
manusia. Berdasarkan volumenya, produksi ubi jalar tipe kedua jumlahnya sangat
kecil.
Ubi
jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk
mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu
beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini
dapat diusahakan orang sepanjang tahun.Ubi jalar dapat diolah menjadi berbagai
bentuk atau macam produk olahan.
Beberapa peluang
penganekaragaman jenis penggunaan ubi jalar dapat dilihat berikut ini:
a) Daun : sayuran, pakan ternak
b) Batang : bahan tanam, pakan ternak
c) Kulit ubi : pakan ternak
d) Ubi segar : bahan makanan
e) Tepung : makanan
f.) Pati : fermentasi, pakan ternak,
asam sitrat
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Umbi
Umbi adalah organ tumbuhan yang
mengalami perubahan ukuran dan bentuk sebagai akibat
perubahan fungsinya. Perubahan ini berakibat pada anatominya. Organ
yang membentuk umbi terutama batang, akar, atau modifikasinya. Hanya
sedikit kelompok tumbuhan yang membentuk umbi dengan
melibatkan daunnya.Umbi biasanya terbentuk tepat di bawah
permukaan tanah, meskipun dapat pula terbentuk jauh di dalam maupun di
atas permukaan.(Syamsir, 2007).
Organ umbi yang dimodifikasi biasnya
berupa daun, batang, atau akar. Bentuk modifikasi ini biasanya adalah
pembesaran ukuran dengan perubahan anatomi yang sangat jelas terlihat. Umbi
biasanya terbentuk tepat dibawah permukaan tanah. Tumbuhan memerlukan cadangan
energi dalam umbi karena ia tidak bisa berpindah untuk menemukan sumber energi
baru atau untuk membantu perbanyakkan jenisnya (Syarief, 2008).
Baik struktur maupun sifat
masing-masing jenis umbi-umbian berbeda. Umbi akar banyak mengandung
karbohidrat (tepung) dan air. Pada umbi akar ini bagian dalam sebenarnya
pembuluh xylem yang diselubingi oleh lapisan kambium. Itu sebabnya bagian
dalamnya keras meskipun banyak mengandung air. Pada bagian luar umbi, terdapat
lapisan gabus, yaitu sel-sel yang mati. Baik kulit luar maupun sel-sel gabus ini berfungsi melindungi bagian dalam
umbi. Dinding sel umbi akar, baik yang merupakan xilem, kambium, sklerensim
dengan sel-sel gabus banyak mengandung selulosa.Beberapa macam umbi-umbian, yaitu umbi akar, umbi batang dan umbi daun.
Umbi akar merupakan bagian akar atau batang yang digunakan sebagai tempat
menyimpan makanan cadangan, yang termasuk umbi akar misalnya ubi kayu,
sedangkan ubi jalar dan kentang merupakan umbi batang.
( Desrosi, 2008).
( Desrosi, 2008).
Menurut
Onwueme (1978), berdasarkan
tekstur umbinya setelah
masak dibedakan menjadi:
a.
Umbi dengan
tekstur kering dengan
kandungan air kurang
dari 60% bila direbus daging umbinya berasa agak
kering seperti bertepung (firm dry)
b.
Umbi
dengan tekstur lunak (soft, gelatinous) memiliki kandungan air lebih
besar dari 70% yang termasuk
ubi jalar basah.
c.
Tekstur sangat
keras (coarse) yang
hanya cocok untuk
pakan ternak atau
digunakan dalam industry.
2.2 Karakteristik Ubi Jalar
Tanaman ubi jalar diduga berasal dari Amerika Tengah
tropis, tetapi ada yang mengatakan berasal
dari Polinesia. Penyebaran tanaman banyak dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol pada abad ke-16
antara lain ke Filipina,
Indonesia,
India, Jepang, dan Malaysia. Saat ini tanaman ubi jalar dapat ditemukan di sekitar
khatulistiwa hingga 40oLU dan 32oLS. Bergantung pada macamnya, ubi
jalar dipanen pada usia 3-6 bulan (Lembaga Biologi Nasional dan LIPI, 1977).
Ubi jalar memiliki banyak nama atau sebutan antara
lain ketela rambat, huwi boled (Sunda), tela rambat (Jawa), dan shoyu
(Jepang). Ubi jalar juga dikenal dengan sebutan sweet potato. Klasifikasi
tanaman ubi jalar dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan adalah sebagai
berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Convolvulales
Famili
: Convolvulaceae
Genus
: Ipomoea
Spesies
: Ipomoea batatas L. Sin batatas edulis choisy
(Juanda
Js. Dan Cahyono, 2004)
Tanaman ubi jalar, yang termasuk dalam tumbuhan
semusim (annual), memiliki susunan tubuh utama yang terdiri dari batang,
ubi, daun, bunga, buah, dan biji. Batang tanaman berbentuk bulat, tidak berkayu,
berbuku-buku, dan tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Batang
tanaman tipe tegak memiliki panjang antara 1-2 m, sedangkan tipe merambat
memiliki panjang 2-3 m. Ukuran batang dibedakan atas tiga macam yaitu
besar, sedang, dan kecil. Warna batang biasanya hijau tua sampai keungu-unguan
(Rukmana, 2007).
Tanaman ubi jalar memiliki daun tunggal yang beraneka
ragam, baik bentuk maupun warnanya (Lembaga Biologi Nasional dan
LIPI, 1977). Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat
runcing, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar memiliki tulang-tulang
menyirip, kedudukan tegak agak mendatar, dan bertangkai tunggal yang melekat
pada batang. Ukuran daun bervariasi, tergantung pada varietasnya. Daun ubi jalar
berwarna hijau tua dan
hijau kuning (Juanda Js. dan
Cahyono, 2004).
Umbi tanaman ubi jalar merupakan bagian yang
dimanfaatkan untuk bahan makanan. Umbi tanaman ubi jalar memiliki mata
tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
Umbi tanaman ubi jalar memiliki
ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging bermacam-macam, tergantung
pada varietasnya. Ukuran umbi ubi jalar ada yang besar dan kecil sementara bentuknya
ada yang bulat, bulat lonjong, dan bulat panjang. Kulit umbi ada yang
berwarna putih, kuning, ungu, jingga, dan merah. Daging umbi ada yang berwarna
putih, kuning, jingga, dan ungu muda (Juanda Js. dan Cahyono, 2004).
Pemanfaatan
ubi jalar sebagai
alternatif bahan pangan semakin
diperhitungkan dalam upaya diversifikasi
pangan di Indonesia.Hal ini
karena ubi ubi
jalar mengandung kalori dan
karbohidrat yang
tinggi.Rukmana (1997) menyatakan
bahwa ubi jalar memiliki potensi kalori sebesar 215 kal/ha/hari sedangkan
padi dan jagung berturut – turut hanya 176 kal/ha/hari
dan 110 kal/ha/hari. Ubi jalar juga
mengandung berbagai vitamin dan
mineral serta kandungan gizi
lain seperti protein
dan lemak. Karena itulah
ubi jalar merupakan satu komoditas
pertanian penghasil karbohidrat
yang penting sebagai cadangan pangan bila produksi padi dan jagung tidak
mencukupi lagi.Di daerah
yang memiliki produksi ubi
jalar tinggi, ubi
jalar dapat dijadikan bahan
pangan alternatif untuk menggantikan beras dan jagung (Juanda
dan Cahyono, 2000). Sebagaimana jenis
tanaman pangan lain menurut
Setiawati dkk (1994), kendala utama
dalam penggunaan ubi
jalar sebagai bahan baku industri makanan yaitu tidak tersedianya ubi
sepanjang tahun.
Dari
kandungan gizi dan
manfaatnya, ubi jalar memiliki
potensi yang dapat dipertimbangkan sebagai
komoditas pertanian yang tinggi
di pasaran. Rukmana (1997) menyebutkan
bahwa ubi jalar memiliki potensi
ekonomi dan sosial
yang cukup tinggi sebagai
bahan makanan yang efisien pada masa mendatang, sebagai
bahan pakan ternak, dan
bahan baku berbagai industri. Tidak hanya di pasar dalam
negeri, pemanfaatan ubi jalar juga tinggi di negara lain, seperti
Jepang, Korea, dan Amerika.Rukmana (1997)
menyatakan bahwa ubi jalar
amat potensial dianjurkan sebagai komoditas ekspor nonmigas.
Ubi jalar ungu (Ipomoea
batatas var ayamurazaki) biasa disebut Ipomoea batatas karena
memiliki kulit dan daging umbi yang berwarna ungu kehitaman (ungu
pekat). Ubi jalar ungu mengandung pigmen
antosianin yang lebih tinggi dari pada ubi jalar jenis lain. Ubi jalar ungu mulai dikenal dan menyebar ke
seluruh dunia terutama negara-negara yang beriklim tropis (Masudi, 2004).
Menurut
Rukmana (1997), pada bagian batang yang berbuku-buku tumbuh daun bertangkai
agak panjang secara
tunggal. Daun berbentuk
bulat sampai lonjong dengan
tepi rata atau
berlekuk-lekuk dangkal sampai
berlekuk dalam sedangkan bagian ujung daun meruncing. Helaian daun
berukuran lebar, menyatu mirip
bentuk jantung, tetapi
ada yang bersifat
menjari. Daun berwarna
hijau tua atau hijau kekuning-kuningan.
2.3 Perbedaan Jenis Ubi
Jalar
Menurut
Antarlina (1999), kulit
umbi dapat
dibedakan tebal
dan tipis.
Kandungan getahnya ada yang
bergetah banyak, sedang, dan sedikit. Warna kulit
umbi ada
yang putih,kuning, merah,
dan ungu.bentuknya dapat
dibedakan bulat dan lonjong dengan permukaan rata. Warna daging
umbi menyebabkan perbedaan sifat sensoris, fisk, dan kimia umbi maupun produk
olahannya. Berdasarkan warna
daging ubi jalar dibedakan menjadi beberapa golongan sebagai berikut :
a.
Ubi jalar putih yakni ubi jalar yang
memiliki daging umbi berwarna putih. Misalnya,
varietas tembakur putih, varietas tembakur ungu, varietas Taiwan dan varietas MLG
12659-20P.p
varietas tembakur putih, varietas tembakur ungu, varietas Taiwan dan varietas MLG
12659-20P.p
b. Ubi jalar kuning, yaitu jenis ubi jalar yang
memiliki daging umbi berwarna kuning,
kuning muda atau putih kekuningan. Misalnya, varietas lapis 34, varietas South
Queen 27, varietas Kawagoya, varietas Cicah 16 dan varietas Tis 5125-27.
kuning muda atau putih kekuningan. Misalnya, varietas lapis 34, varietas South
Queen 27, varietas Kawagoya, varietas Cicah 16 dan varietas Tis 5125-27.
c. Ubi
jalar ungu yakni ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna ungu hingga ungu
muda. (Juanda, Dede dan Bambang Cahyono, 2000).
Ubi jalar ungu kaya
antosianin dimanfaatkan dalam bentuk
segar, selain dikukus atau digoreng juga sesuai untuk bahan baku keripik,
kubus/granula instan, beragam kue jajanan/basah, serta selai. Sementara produk
antaranya (tepung) dapat mensubsitusi terigu pada berbagai pengolahan beragam
kue, es krim, mie dan roti tawar serta mensubstitusi tepung ketan sampai 50%
pada pembuatan jenang/dodol.
Antisionin merupakan
pewarna alami yang dapat digunakan secara aman baik untuk industri tekstil,
kertas, makanan dan minuman, juga
dimanfaatkan
dalam industri obat dan kosmetika. Variasi kandungan antosianin ditandai oleh
intensitas warna dari ungu kemerahan hingga ungu kebiruan. Semakin tinggi kadar
antosianinnya, semakin pekat intensitas warna tersebut.
Ubi jalar kuning kaya β
karoten , selain dapat dikonsumsi segar juga dapat digunakan sebagai bahan zat
warna kuning dan selai. Ubi jalar ini banyak mengandung serat yang bergizi. Ubi
jalar yang mengandung β karoten tinggi umumnya rasanya manis namun memiliki
kadar air yang tinggi dan bahan kering yang rendah (<30%) sehingga tekstur
nya lembek dan kurang disukai jika direbus atau dikukus. Secara kualitatif
intensitas warna oranye dapat digunakan sebagai indikator tinggi rendahnya
kadar β karoten. Semakin pekat warna oranye yang terlihat semakin tinggi kadar
β karoten daging umbi.
Ubi jalar yang berwarna
putih lebih diarahkan untuk pengembangan tepung dan pati karena umbi yang
berwarna cerah cenderung lebih baik kadar patinya dan warna tepung lebih
menyerupai terigu.
Ubi jalar mempunyai
sifat fisik seperti
bentuk, warna kulit,
dan daging serta tekstur
yang berpariasi menurut
varietasnya. Bentuk dan
ukuran umbi merupakan kriteria
mutu yang langsung mempengaruhi harga. Bentuk umbi yang lonjong dan tidak
banyak benjolan akan memudakan proses pengupasan. Ukuran umbi yang sedang
dengan berat 200-250 gram dan seragam membutuhkan waktu pengupasanyang relatif
cepat dibanding umbi
yang kecil atau
besar (Darmadjati dkk, 1991).
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ubi Jalar
Ubi jalar
mempunyai sifat fisik
seperti bentuk, warna
kulit, dan daging serta
tekstur yang berpariasi
menurut varietasnya. Bentuk dan ukuran umbi merupakan kriteria
mutu yang langsung mempengaruhi harga. Bentuk umbi yang
lonjong dan tidak banyak
benjolan akan memudakan proses pengupasan. Ukuran umbi yang sedang dengan berat
200-250 gram dan seragam membutuhkan waktu
pengupasan
yang relatif
cepat dibanding umbi
yang kecil atau
besar (Darmadjati
dkk, 1991).
Ubi jalar tidak memiliki perbedaan
suhu gelatinisasi dan kapasitas penyerapan air yang
signifikan, namun umumnya suhu gelatinisasi pati ubi jalar lebih rendah
dibandingkan dengan tepungnya. Viskositas puncak tepung ubi jalar lebih rendah
dibandingkan patinya, namun kisaran suhu gelatinisasi tepung lebih tinggi yang
dipengaruhi oleh granula-granula yang membengkak dan adanya partikel lain yang
terdapat pada tepung (Honestin, 2007).
Batang tanaman
berbentuk bulat, tidak
berkayu, berbuku-buku dan
tipe pertumbuhannya tegak atau merambat (menjalar). Panjang tanaman
bertipe tegak antara 1 m – 2 m, sedangkan tipe merambat (menjalar) antara 2 m –
3 m. Ukuran batang dibedakan
atas 3 macam,
yaitu besar, sedang,
dan kecil. Warna batang
biasanya hijau tua sampai keungu-unguan (Rukmana, 1997).
Tanaman ubi
jalar yang sudah
berumur ±3 minggu
setelah tanam biasa sudah
membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya berbentuk bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata (Gambar 1). Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 – 250 g per ubi. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung jenis atau varietasnya. Struktur kulit ubi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal, dan biasanya bergetah. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu. Ubi yang berkadar tepung tinggi cenderung manis (Rukmana, 1997).
membentuk ubi. Bentuk ubi biasanya berbentuk bulat sampai lonjong dengan permukaan rata sampai tidak rata (Gambar 1). Bentuk ubi yang ideal adalah lonjong agak panjang dengan berat antara 200 – 250 g per ubi. Kulit ubi berwarna putih, kuning, ungu atau ungu kemerah-merahan, tergantung jenis atau varietasnya. Struktur kulit ubi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal, dan biasanya bergetah. Daging ubi berwarna putih, kuning, atau jingga sedikit ungu. Ubi yang berkadar tepung tinggi cenderung manis (Rukmana, 1997).
Gambar 1. Bentuk Ubi jalar (Ipomoea batatas L.) putih
Sumber : Rukmana (1997)
lain yaitu
kandungan antosianin yang merupakan salah
satu senyawa
antioksidan selain
betakaroten. Antosianin termasuk
dalam kelompok flavonoid yang
penyebarannya luas diantara
spesies tanaman, merupakan pigmen berwarna yang umumnya
terdapat di bunga berwarna merah, ungu dan
biru (Yuwono, dkk, 2010).
Ubi jalar ungu mengandung antosianin
berkisar ± 519 mg/100 gr berat basah (Kumalaningsih, 2006). Antosianin ubi
jalar ungu juga
memiliki fungsi fisiologis
misal antioksidan, antikanker,
antibakteri, perlindungan
terhadap kerusakan hati,
penyakit jantung dan
stroke. Ubi jalar ungu
bisa menjadi anti
kanker karena didalamnya
ada zat aktif
yang dinamakan selenium dan
iodin yang aktivitasnya
dua puluh kali
lebih tinggi
dari jenis ubi yang lainnya
(Ferlina, 2010).
Dengan
adanya diversifikasi ubi
jalar terutama ubi
jalar ungu yang mempunyai berbagai
kandungan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan
ubi jalar putih maupun
ubi jalar orange
diharapkan akan meningkatkan
nilai ekonomi
dan memperpanjang daya
simpannya selain sebagai
bahan baku industri pengolahan
pangan. Salah satu
bentuk diversifikasinya yaitu
tepung ubi jalar ungu.
Tepung ubi jalar
merupakan hancuran ubi
jalar yang
dihilangkan sebagian kadar
airnya sekitar 7 % (Sarwono, 2005).
Tepung ubi
jalar ungu
bentuknya seperti tepung
biasa dan warnanya
putih keunguan
setelah terkena air akan
berwarna ungu tua. Dalam pembuatan tepung ubi jalar perlu diperhatikan
proses pengeringannya sehingga
dapat dihasilkan tepung yang berkualitas.
2.5 Perbedaan Gizi
Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat yang penting
disamping padi,jagung, sagu, dan ubi-ubian lainnya. Zat patinya merupakan salah
satu bahan dalam pembuatan
tekstil atau kertas. Daun
bersama batang mudanya digunakan
untuk
sayuran juga sebagai pakan ternak (Lembaga Biologi Nasional dan LIPI,1977).
Komposisi ubi jalar disajikan dalam Tabel.
Tabel 1. Komposisi gizi dalam tiap 100 gram daun dan ubi jalar segar
Komposisi ubi jalar sangat tergantung pada varietas
dan tingkat kematangan serta lama penyimpanan. Karbohidrat dalam ubi jalar
terdiri dari monosakarida,
oligosakarida, dan polisakarida. Ubi jalar mengandung sekitar 16-40 % bahan
kering dan sekitar 70-90% dari bahan kering ini adalah karbohidrat yang terdiri
dari pati, gula, selulosa, hemiselulosa,
dan pektin (Meyer, 1982).
Tabel kandungan karbohidrat ubi jalar dapat dilihat pada Tabel.
Kandungan Karbohidrat Dalam
Ubi Jalar (persen berat kering).
Komponen
|
Besaram %
|
Pati
Gula
Hemiselulosa
Selulosa
Pektin
|
46,2
22,4
3,6
2,7
0,47
|
Seperti sifat ubi pada umumnya, karbohidrat dalam ubi
jalar berpotensi
mengalami perubahan selama penyimpanan, perubahan pati menjadi gula selama penyimpanan dan komposisi
karbohidrat tersebut menentukan rasa ubi (eating quality) dan sifat kecernaannya. Studi mengenai
aktivitas enzim amilase yang mengubah pati menjadi gula pada ubi segar dan ubi
yang disimpan, telah banyak dilakukan dan umumnya menunjukkan bahwa aktivitas
tersebut berbeda pada galur ubi jalar yang berbeda maupun pada kultivar yang
berbeda. Glukosa, sukrosa dan fruktosa merupakan gula-gula utama dari hasil perombakan
pati, komposisi dari gula-gula tersebut berpengaruh terhadap rasa. Fruktosa
umumnya memberikan rasa lebih manis dibanding glukosa maupun sukrosa (Zhang et al.,
2002).
2.6
Panen
dan Pascapanen
Dalam Juanda Js. Dan Cahyono (2004) disebutkan bahwa
penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas
(mutu) ubi jalar. Penanganan pascapanen ubi jalar meliputi pembersihan,
sortasi, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan, dan pemasaran hasil.
Bouwkamp (1985) menyebutkan bahwa proses pascapanen ubi jalar terdiri
atas proses curing dan penyimpanan.Dalam perjalanannya menuju pasar, ubi
jalar mengalami empat periode yaitu curing, post-curing, penyimpanan, dan pemasaran.
Penanganan pascapanen dilaksanakan sebagai upaya untuk
mempertahankan mutu ubi
jalar yang telah dipanen. Sebelum dipanen, umbi ubi
jalar masih melekat dengan
tanamannya sehingga dapat menerima substansi-
substansi makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhnnya. Saat dipanen, umbi akan
dilepas dari batang
tanamannya yang mengakibatkan terhentinya penerimaan
substansi makanan sehingga
pertumbuhan ikut terhenti. Karena tetap
membutuhkan sumber tenaga,
maka umbi yang telah terlepas akan mengambil
tenaga tersebut dari
kandungan gula yang ada dalam tubuhnya. Hal inimenyebabkan terjadinya susut
bobot pada umbi. Kegiatan pascapanen berupa
curing, post-curing,
penyimpanan, dan pemasaran ditujukan untuk
meminimumkan susut tersebut
sehingga kandungan dalam umbi pun tidak ikut
berkurang (Edmond dan
Ammerman, 1971).
Kegiatan pascapanen yang pertama dilakukan setelah ubi
jalar dipanen adalah pembersihan dan sortasi. Umbi perlu dibersihkan
dari kotoran-kotoran yang dapat menjadi
sumber kontaminasi
bermacam-macam patogen yang dapat merusak umbi selama dalam penyimpanan. Umbi yang
bersih dari kotoran dapat meniadakan jasad-jasad renik yang menempel pada umbi
sehingga umbi tidak mudah terserang patogen saat di penyimpanan serta
penampilannya akan lebih menarik (Juanda Js. dan Cahyono, 2004).
Sortasi atau pemisahan umbi ubi jalar dilakukan untuk
memisahkan umbi yang baik dan sehat dari umbi yang cacat atau rusak.
Dalam kegiatan sortasi juga dilakukan proses grading atau pengelompokkan.
Pengelompokkan dilakukan berdasarkan besarnya umbi dan tingkat kerusakannya.
Sortasi dan grading dilakukan untuk mendapatkan umbi yang berukuran
seragam sesuai dengan kualitasnya sehingga akan mempermudah penentuan harga
dan penjualan di pasar(Juanda Js. dan Cahyono, 2004).
Penyimpanan merupakan
penanganan pascapanen yang dilakukan untuk
mempertahankan mutu umbi
agar tetap terjaga sehingga saat belum terjual
mutunya tetap baik. Edmond
dan Ammerman (1971) menyebutkan bahwa suhu penyimpanan optimum untuk ubi jalar
adalah 13-15.5oC. Sementara Syarif dan Halid (1993) memberikan beberapa cara penyimpanan ubi
jalar seperti berikut ini.
1.
Cara-cara
tradisional misalnya dengan penguburan kembali ubi yang sudah
dipanen atau
membiarkan ubi tidak dipanen dan hanya dipanen dalam jumlah yang diperlukan.
membiarkan ubi tidak dipanen dan hanya dipanen dalam jumlah yang diperlukan.
Cara lain adalah dengan
membungkus ubi dengan lumpur dan menyimpan dalam air. Cara-cara tersebut dilakukan
untuk memperpanjang daya simpan ubi jalar dalam jumlah kecil dan memberikan
hasil yang cukup memuaskan.
2.
Menyimpan
ubi jalar dengan serbuk gergaji basah dalam peti. Cara ini dapat
mempertahankan mutu ubi
jalar selama 1-2 bulan. Suhu simpan sekitar 26Oc
memberikan hasil yang cukup
memuaskan, praktis, dan murah bagi petani. Meski
begitu, jika serbuk gergaji
terlalu kering maka tidak akan terjadi pengawetan,
Sebaliknya jika serbuk
gergaji terlalu basah akan mempercepat pembusukan.
3.
Cara
lain yaitu ubi jalar yang telah dibersihkan diangin-anginkan selama 2-3
hari kemudian ditimbun di
tempat yang kering dan sejuk dan ditutup dengan pasir
kering atau abu setebal
20-30 cm. Ubi jalar yang disimpan dengan cara seperti ini
dapat tahan selama 5 bulan
tanpa boleng.
4.
Ubi jalar dibuat menjadi gaplek dan tepung
untuk mengawetkan produk. Berbagai penelitian juga telah dilakukan terkait
penyimpanan ubi jalar. Penelitian-penelitian tersebut bertujuan antara lain
untuk memperpanjang umur simpan ubi jalar, maupun untuk menghindari terjadinya
penurunan mutu fisik maupun kimiawi ubi jalar selama masa penyimpanan.
Banyak faktor yang mempengaruhi mutu ubi jalar selama menjalani masa
penyimpanan. Faktor-faktor inilah yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan
kondisi penyimpanan yang sesuai sehingga dapat memperpanjang masa simpan ubi
jalar sekaligus mempertahankan mutu ubi jalar selama masa penyimpanan.
Penelitian mengenai penyimpanan ubi jalar juga pernah
dilakukan oleh Risnawati (2002) dan Rajagukguk (2002). Risnawati
(2002) menerapkan pelapisan lilin pada ubi jalar dan menyimpulkan bahwa
mutu ubi jalar yang diberi perlakuan pencelupan dalam emulsi lilin dan fungisida
benlate-50 lebih baik dibandingkan umbi yang tidak mendapat perlakuan.
Diungkapkan pula oleh Risnawati (2002) bahwa pencelupan ubi jalar ke dalam
emulsi lilin dan fungisida dapat menekan laju kerusakan ubi jalar. Sementara itu,
Rajagukguk (2002) memberikan perlakuan panas pada ubi jalar dan
menyimpulkan perlakuan panas dengan Hot Water Treatment pada pascapanen ubi jalar
mencapai optimum pada pencelupan dengan suhu 47.5oC selama 30 menit.
Disebutkan oleh Rajagukguk (2002) bahwa perlakuan panas yang diberikan pada pascapanen
ubi jalar mempengaruhi mutu ubi jalar terhadap susut bobot,
kadar air, kekerasan, dan kadar pati ubi jalar, namun tidak berpengaruh terhadap
warna kulit dan warna daging ubi.
Untuk ubi jalar, susut bobot telah menjadi sebuah
masalah dalam penanganan pascapanen. Wargiono (1980) menyebutkan
bahwa petani biasanya menghindari penyimpanan ubi jalar karena selama
penyimpanan, ubi jalar akan mengalami penurunan bobot sekitar 5%. Ini berarti
bahwa susut bobot menjadi salah satu kendala dalam proses penyimpanan ubi jalar.
Dalam penelitiannya, Watson et al. (1992) melakukan penyimpanan ubi jalar
dengan menggunakan beberapa media penyimpanan, yaitu pasir, tanah, abu,
sekam, dan karung goni.
Setelah
penyimpanan selama 2 minggu, ubi jalar yang disimpan mengalami susut
bobot, berturut-turut dalam
media pasir, tanah, abu, sekam, dan karung goni,
sebesar
14.40%, 18.77%, 18.15%, 16.50%, dan 14.34%.
Curing merupakan kegiatan yang sebaiknya dilakukan
sebelum penyimpanan. Proses curing, menurut Juanda Js. dan Cahyono (2004),
merupakan penyembuhan luka melalui
pembentukan lapisan gabus pada kulit. Lapisantersebut dapat menghambat
penguapan air dan masuknya infeksi patogen sehinggadapat mengurangi kehilangan
berat. Proses curing dilakukan pada suhu 30-32oCdengan kelembaban udara 85-90%
selama 4-7 hari (Booth, 1973 dalam Juanda Js.dan Cahyono, 2004). Selama proses
curing akan terbentuk lapisan gabus yangapabila dapat dipertahanan dengan baik
selama masa penyimpanan, maka akan
menghasilkan ubi jalar dengan umur simpan yang lebih lama (Edmond dan
Ammerman, 1971).
Pengemasan pada ubi jalar dilakukan dengan tujuan
untuk melindungi umbi dari kerusakan mekanis karena pengangkutan dan
kerusakan fisiologis karena pengaruh lingkungan, seperti suhu, kelembaban,
dan cahaya matahari. Pengemasan umbi harus dilakukan dengan baik dan benar
agar mutu dan kesegaran umbi tetap baik hingga di tempat tujuan
(Juanda Js. dan Cahyono,2004).
Pengangkutan bertujuan untuk mengangkut ubi jalar ke
pusat-pusat pemasaran. Saat pengangkutan dilakukan, perlu
diperhatikan bahwa peti kemasan harus diatur rapi, teratur, dan tidak membentuk
rongga. Hal ini dimaksudkan agar peti kemasan tidak bergeser dan tidak saling
berbenturan. Peti kemasan yang bergeser-geser atau saling berbenturan akan menimbulkan
kerusakan kemasan dan kerusakan umbi di dalamnya (Juanda Js. dan Cahyono,
2004).
2.7 Manfaat ubi jalar
Manfaat sweet potato ( ubi jalar ) pada kesehatan :
· Mengurangi risiko diabetes dan penyakit
jantung, karena memiliki kemampuan untuk menstabilkan gula darah dan resistensi
insulin yang lebih rendah. Karotenoid dalam ubi jalar yang bermanfaat dapat
mengatur kadar gula darah.
· Ubi jalar merupakan makanan yang baik untuk
membantu menghilangkan rasa sakit dan nyeri sendi arthitis, karena ia kaya akan
mineral.
· Tinggi serat, sehingga mengurangi resiko
kanker usus dan sembelit.
· Beta-karoten yang terkandung dalam ubi jalar
adalah anti-oksidan kuat yang membantu untuk melawan radikal bebas.
· Kalium tinggi yang ditemukan berfungsi untuk
menjaga keseimbangan antara cairan dan elektrolit serta integritas sel.
· Sweet potato ini juga dapat mengurangi
tekanan darah.
· Jika dikonsumsi secara teratur, bisa
meredakan peradangan pada lambung dan usus pada maag kronis.
· Kalsium tinggi dan zat besi membantu
meningkatkan produksi sel darah merah dan dapat meningkatkan kepadatan tulang.
· Ubi jalar juga baik untuk membantu penderita
imsomnia.
· Ketela manis ini juga Baik untuk mencegah
stroke, karena menghambat pembekuan darah.
· Kandungan tinggi beta-karoten dapat mengubah
vitamin A dalam tubuh menjadi DNA yang bertujuan menghasilkan sel-sel kulit
baru
Manfaat
ubi jalar pada produk makanan dan minuman :
2. Untuk membuat Brownis kukus
3. Untuk membuat Kue / donat
4. Untuk membuat Cake pudding
5. Untuk membuat Gethuk
6. Untuk membuat Kolak
7. Untuk membuat Bakpo / apem
8. Untuk membuat Muffin ubi
9. Untuk membuat Lemet ubi
10. Untuk membuat Es cream, dll.
BAB III
KESIMPULAN
1. Senyawa
flavonoid merupakan zat yang memberi warna berupa warna merah, ungu, dan kuning
pada tanaman, seperti ubi jalar.
2. Ubi
jalar memiliki beberapa warna pada dagingnya yang memiliki nilai gizi
masing-masing.
3. Ubi
jalar memiliki karakteristik yang berbeda dengan ubi kayu, yakni tidak
berkambium dan tumbuhnya merambat.
4. Perlakuan
pascapanen digunakan untuk menentukan mutu atau kualitas dari ubi jalar.
5. Ubi
jalar memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh, serta dapat di konsumsi
dengan berbagai produk baik makanan maupun minuman.
DAFTAR PUSTAKA
Antarlina, SS dan J.S. Utomo.1999. Proses Pembuatan dan Penggunaan
Tepung Ubi Jalar
untuk Produk Pangan. Balitkabi No. 15~1999 Hal.
30-44.
Bouwkamp, J C., editor. 1985. Sweet Potato: A Natural Resource for
the Tropics. Boca
Roton : CRC Press, Inc.
Damardjati,D.S, A.Dimyati, A.Setyono, Suismono, MH.Aten, Sunardi dan Hardono.1990.
Study on Processing,Marketing and Quality of
Sweetpotato Products in Java.
Indonesia Final Report. CRIFC. Bogor.
Desrosi,N.2008.Teknologi Pengawetan Pangab Edisi
ketiga.Penerjemah,
M.Miljoharjo.Jakarta:UI Press.
Edmond, J B dan G R Ammerman. 1971. Sweet Potatoes: Production
Processing Marketing.
Connecticut: The Avi Publishing Company, Inc.
Ferlina, Shinta. 2010.
Khasiat Ubi Jalar
Ungu. http://www.khasiatku.com/ubi-jalar-ungu/
(diakses tanggal 22 Januari 2010).
Juanda Js., D dan B Cahyono. 2004. Ubi Jalar Budi Daya dan Analisis
Usaha Tani.
Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Juanda , D. J. dan B. Cahyono. 2000. Ubi Jalar: Budi Daya
dan Analisis Usaha
Tani.Kanisius.Yogyakarta.
[Lembaga Biologi Nasional dan
LIPI] Lembaga Biologi Nasional dan Lembaga Ilmu
Pengetahuan
Indonesia, Proyek Sumber Daya Ekonomi. 1977. Ubi-ubian. Bogor
Lembaga Biologi
Nasional – LIPI.
Rajagukguk, M. 2002. Pengaruh Perlakuan Panas (Heat Treatment)
dengan Metode Hot
Water Treatment pada Pascapanen Ubi Jalar
(Ipomoea batatas L.) Selama
Penyimpanan [skripsi]. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian
Bogor.
Risnawati, I. 2002. Pengaruh Pelapisan Lilin Terhadap Umur Simpan
Ubi Jalar (Ipomoea
batatas (L) Lam.) [skripsi]. Bogor: Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Rukmana, R. 2007. Ubi Jalar Budi Daya dan Pascapanen. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Rukmana, R. 1997. Ubi
jalar: budi daya
dan pascapanen.
Kanisius.Yogyakarta.68 hlm.
Sarwono, B. 2005.Ubi
Jalar: Cara Budi
Daya yang Tepat, Efisien dan Ekonomis. Penebar
Swadaya, Jakarta. 84 hlm.
Setiawati, J., Sudaryono.,
dan A. Setyono.1994.
Study Penyimpanan Ubi
Jalar Segar.
Balai Penelitian
Tanaman Pangan Malang. Malang. 5 hlm.
Syamir.2007. penrlitian sifat fisiologi bahan
pangan.Jakara: pustaka Jaya.
Syarief,R.2008.Pengetahuan bahan untuk industri
pertanian.Jakarta:Medyatama sarana
Perkasa.
Syarief, R dan H Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Bandung: Penerbit
Arcan.
Wargiono J. 1980. Ubijalar dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin
Teknik. No. 5.Lembaga
Pusat Penelitian Pertanian Bogor.
Watson, G A, et al. 1992. Post Harvest Technology of Sweet Potato.
Sweet Potato
Production, Utilization, and Marketing in
Commercial Centres of Production in
Java, Indonesia. Central Research Institute for
Food Crops. Agency for
Agricultural Research and Development and
International Potato Center.
JSTOR MEGA DRIVE CASINO - JTNEY - KTH
BalasHapusJSTOR MEGA DRIVE CASINO. 의왕 출장마사지 JTNEY. JTNEY. JSTOR MEGA DRIVE 의정부 출장샵 CASINO. JTNEY. JSTOR MEGA DRIVE CASINO. JTNEY. JSTOR MEGA 밀양 출장샵 DRIVE CASINO. JTNEY. JSTOR MEGA DRIVE CASINO. 거제 출장샵 JTNEY. JSTOR MEGA DRIVE 양주 출장샵 CASINO. JTNEY. JSTOR